Fisiologi
Pengaruh Perlakuan
Pematahan Dormansi terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Sawo
( Manikara zapota )
Disusun oleh :
Syahriani
Dik : B 2
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah
atau dengan kata lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya
pertumbuhan) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern
dalam biji atau tunas tersebut. Suatu biji dikatakan dorman apabila biji
tersebut tidak dapat berkecambah, setelah periode tertentu, meski faktor-faktor
lingkungan yang dibutuhkan tersedia (Sutopo,1998).
Seperti yang telah kita ketahui, dormansi
ditunjukkan oleh suatu rentang
besar
organ tanaman dari berbagai morfologi. Masih sangat kepustakaan mengenai
hubungan antara ukuran atau bobot benih dengan masa hidup benih yang dilakukan
melalui percobaan penyimpanan. Akan tetapi penelitian yang memperlihatkan
keunggulan benih berat dan masak terhadap benih ringan dan belum masak melalui
uji daya kecambah, vigor dan panennya, telah banyak dilakukan. Meski demikian
penelitiannya mendukung pendapat bahwa kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
benih belum masak juga terdapat pada benih kecil (Justice dan Bass, 1990).
Biji-biji dari banyak spesies tidak akan berkecambah
pada keadaan gelap. Biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Nampaknya ada
dua himpunan tekanan ekologis yang mempengaruhinya. Pertama, biji-bijian dari
banyak tanaman-tanaman pengganggu, seperti halnya berbagai macam spesies
Chenopodium yang merupakan ciri dari tanah dan mungkin terkubur pada kedalaman
tertentu karena pengolahan tanah nampaknya memerlukan kondisi yang baik untuk
mengatasinya bila mereka tidak berkecambah sampai mereka dapat kembali muncul
ke permukaan (Andani dan Purbayanti, 1991).
1.2 . Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perlakuan pematahan dormansi
terhadap kemampuan perkecambahan benih Sawo ( Manikara zapota )
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat tinggi
merupakan peristiwa yang kompleks. Jika dimulai dari proses perkecambahan, maka
proses selanjutnya merupakan sederet perubahan morfologi dan fisiologi yang dinamakan
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan vegetatif menyusul perkecambahan yang
merupakan proses pembentangan sel-sel penyusun embrio adalah terjadinya
diferensiasi sel meristem apikal, membentuk organ vegetatif dan selanjutnya
terjadi pertumbuhan reproduktif .
Buah atau biji yang terbentuk biasanya mengalami
periode dorman sebelum berkecambah untuk menyelesaikan hidupnya. Pada tumbuhan
umur pendek, setelah terbentuk buah atau biji, bagian vegetatif akan mati. Pada
tumbuhan tahunan, tidak mati tetapi untuk periode tertentu dapat lama atau sebentar
akan mengalami periode dorman, sebelum melanjutkan pertumbuhan vegetatif lagi.
Perkecualian sudah tentu ada, misalnya tumbuhan bakau bijinya berkecambah
sewaktu masih berada di dalam buah yang melekat pada induknya (Lakitan,1993).
Ada kalanya lingkungan tumbuh tidak sesuai dengan
pertumbuhan. Misal di iklim sedang, ada musim dingin yang tidak memungkinkan
tumbuhan tumbuh normal. Di tropika sekalipun ada saat tidak baik untuk
pertumbuhan, misalnya keadaan kering yang lama. Untuk itu tumbuhan akan
memasuki masa dorman, yaitu meristem kuncup tetap mempunyai potensi untuk
tumbuh, tetapi tidak melakukan pertumbuhan atau pertumbuhannya sangat lambat.
Dormansi dapat di jumpai pada berbagai organ lain misalnya rhizome, umbi, umbi
lapis, dan biji (Andani dan Purbayanti,1991).
Penyebab terjadinya dormasi bermacam-macam, ada yang
spontan, ada yang
karena
keadaan lingkungan, misalnya kekurangan air, temperatur rendah, hari pendek.
Jika dianalisis, ternyata ada beberapa hormon yang ikut mempengaruhinya. Pada
organ dorman, selain kadar kenaikan absisin juga terjadi perubahan lain, yaitu
turunnya kadar air, transpor antar sel terhambat, organell tertentu mereduksi
dan metabolisme lambat (Goldsworthy, 1992) .
Dormasi pada buah atau pada biji (misalya buah batu,
buah keras, buah padi) umumnya disebabkan oleh adanya kulit keras yang tidak
permeabel untuk air atau udara, serta memberikan hambatan mekanik yang
menghalangi embrio tumbuh. Untuk mengatasi dormansi ini diperlukan perlakuan
terhadap kulit biji atau kulit buah itu, misalnya digosok atau diberi perlakuan
kimia .
Selain kulit biji yang keras, dormansi biji dapat
juga terjadi oleh akibat belum siapnya embrio atau biji itu memerlukan waktu
tenggang antara pemasakan dengan perkecambahan (after ripening). Kebanyakan
biji waktu after ripeningnya pendek atau tidak ada (.
Berbagai bentuk dormansi yang berbeda dapat di
jumpai dalam biji dengan sifatsifat yang akan diuraikan sebagai berikut :
a.
Kulit biji yang tidak tembus
Biji dari familia tertentu termasuk dari golongan
leguminoceae, malvaceae, dan solanaceae memiliki testa yang tidak dapat tembus
oleh air jika baru dialiri dan karenanya mereka dapat mempertahankan dormansi
di tanah oleh tindakan mikroorganisme tanah. Sebagi alternatifnya testa-testa
dapat terjadi permeable oleh skarifikasi mekanis atau dengan cara memperpendek
periode dengan asam belerang pekat.
b.
Belum dewasanya embrio
Pada
sejumlah biji, perkecambahan embrio adalah tidak sempurna jika mereka diairi
dan perkecambahan tidak akan terjadi hingga perkecambahan embrio lebih lanjut
telah terjadi.
c.
Perlunya penyimpanan kering setelah biji masak.
Biji-biji
dari banyak spesies bersifat dorman pada saat dipanen, tetapi tidak memerlukan
pemprosesan yang khusus untuk mengatasi dormansi tersebut. Dan jika mereka
disimpan di bawah kondisi penyimpanan kering pada temperature normal maka
perlahan-lahan biji akan keluar dari masa dorman selama suatu periode.
d.
Biji-biji yang mempunyai persyaratan pendinginan.
e.
Banyak biji yang memperlihatkan suatu bentuk dormansi yang diatasi dengan cara
pendinginan. Biji dari sejumlah besar tanaman yang berkayu, diantaranya adalah Rosaceae memperlihatkan jenis dormansi
ini tetapi sama sekali tidak terbatas pada biji-biji dari tanaman berkay (Goldsworthy,
Peter., 1992 ).
Istilah dormansi hanya digunakan untuk menyatakan
keadaan biji yang gagal untuk berkecambah sebagai akibat dari keadaan intern
biji, bukan karena keadaan
lingkungan
yang tidak cocok. Pada biji dikenal beberapa tipe dormansi, yaitu :
-
Karena kulit biji yang keras atau tidak permeabel terhadap air dan udara.
- Adanya penghambat
kimiawi terhadap perkecambahan di dalam daging buah atau cairan di sekitar biji(
Soerodikoesomo 1994 ).
Sawo
Sawo dapat tumbuh
hingga lebih dari 30 m (98 kaki) dengan diameter batang rata-rata 1,5 m (4,9
kaki). Ketinggian rata-rata spesimen dibudidayakan
bagaimanapun, biasanya antara 9 dan 15 m (30 dan 49 kaki)
dengan diameter batang tidak lebih dari 50 cm .Sawo memiliki lateks bergetah disebut chicle. Daun hias adalah media hijau dan mengkilap.
Mereka adalah alternatif, berbentuk jorong sampai bulat telur, panjang 7-15 cm,
dengan marjin keseluruhan. Bunga-bunga putih yang mencolok
dan lonceng seperti, dengan corolla enam lobed. Sebuah buah mentah
memiliki kulit luar tegas dan jika diangkat, melepaskan
chicle putih dari batang nya.
Buah sepenuhnya
matang memiliki kulit yang kendor dan tidak melepaskan chicle jika diangkat.
Buah adalah ellipsoid berry besar, 4-8 cm, berisi 2-5
biji. Di dalam, berkisar dagingnya dari kuning pucat ke warna coklat bersahaja
dengan tekstur kasar mirip dengan sebuah pir matang baik. Benih hitam dan
menyerupai kacang, dengan hook di salah satu ujung yang dapat menangkap di
tenggorokan jika tertelan.
Buah ini memiliki
sangat manis, rasa mabuk. Buah mentah sulit untuk menyentuh dan mengandung
jumlah tinggi saponin, yang memiliki sifat zat yang mirip dengan tannin,
pengeringan mulut.
Pohon-pohon hanya
bisa bertahan dalam hangat, lingkungan biasanya tropis, sekarat mudah jika suhu
turun di bawah titik beku. Dari perkecambahan, pohon sawo biasanya akan
berlangsung dari lima sampai delapan tahun untuk berbuah. Pohon-pohon sawo
berbuah dua kali setahun, meskipun berbunga dapat terus setahun (http://en.wikipedia.org/wiki/Manilkara_zapota
) .
BAB
III
METODOLOGI
III.1 Alat
Adapun alat yang
dipergunakan untuk percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Polybag
:5 buah
2.
Amplas :
secukupnya
3.
Pinset :
1 buah
4.
Gelas aqua :4 buah
5.
Kikir
:1 buah
III.2 Bahan
Adapun bahan
yang dipergunakan untuk percobaan kali ini adalah :
1.
Biji Sawo (Manikara zapota ) : 72
biji
2.
Larutan H2SO4 : secukupnya
3.
Larutan KNO3 0.02 % :
secukupnya
4.
Air panas : secukupnya
5.
Air dingin : secukupnya
6.
Tanah :
secukupnya
7.
Pupuk :
secukupnya
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada
percobaan ini adalah :
a.Menyiapkan bahan yakni Biji Sawo (Manikara zapota )yang terlebih
dahulu dihilangkan salut biji (arelus), dengan menggunakan pasir.
3)
Menyiapkan 72 biji cokelat yang dibagi
untuk 4 perlakuan, yang masingmasing
4)
terdiri dari 3 biji.
5)
Menyiapkan 5 polybag, yang kemudian
diisi dengan tanah yang terlebih dahulu telah dicampur dengan pupuk .
Selanjutnya
dilakukan bermacam perlakuan, yaitu :
§ Perlakuan
I biji dikikir bagian atas dan bawah.
§ Perlakuan
II biji diamplas pada bagian sisinya.
§ Perlakuan
III biji direndam dengan air panas pada suhu 600 C selama 15
§ menit
selanjutnya biji direndam dengan air biasa dingin 10 menit.
§ Perlakuan
IV biji direndam dengan KNO3 yang sudah diencerkan selama
§ 15
menit, selanjutnya dibilas dengan air mengalir dan direndam dengan air
§ biasa
selama 10 menit.
6)
Selanjutnya biji yang sudah di beri
perlakuan lalu ditanam pada polibag, masing-masing 3 biji tiap polybag dengan
kedalaman 2 cm dari permukaan tanah.
Peneltian ini menggunakan RAL (Rancangan
acak lengkap0 dengan jumlah ulangang sebanyak 6 kali.
(9-1)
(r-1) > 15
dimana
: t = banyaknya kelompok perlakuan
j
= jumlah replikasi
Jumlah
perlakuan ada 4 buah, maka jumlah ulangan untuk tiap
perlakuan
dapat dihitung:
(4
-1) (r-1) > 15
(r-1)
> 15/3
r > 6 ( Supranto,2006)
DAFTAR PUSTAKA
Andani, S dan
E.D. Purbayanti., 1991. Fisiologi Tanaman Lingkungan. UGM Press, Yogyakarta
http://en.wikipedia.org/wiki/Manilkara_zapota
( diakses 22 Agustus 2013 )
Goldsworthy, Peter., 1992. Fisiologi Tanaman BudidayaTropik,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta..
Justice, O.L dan L.N. Bass.,
1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali
Press, Jakarta
Lakitan, Benyamin., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, PT.
Raja Grafindo
Persada,
Jakarta.
Soerodikoesomo, Wibisono., 1994. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan, Depdikbud,
Jakarta.
Supranto, J. 2000. Teknik
Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Sutopo, L., 2004. Teknologi
Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta
Soerodikoesomo, Wibisono., 1994. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan,
Depdikbud, Jakarta.
Do you realize there's a 12 word sentence you can tell your crush... that will induce intense feelings of love and instinctual attractiveness to you buried inside his heart?
BalasHapusBecause hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, idolize and guard you with his entire heart...
12 Words That Fuel A Man's Desire Impulse
This instinct is so built-in to a man's genetics that it will make him try better than before to make your relationship the best part of both of your lives.
As a matter of fact, fueling this dominant instinct is absolutely essential to getting the best ever relationship with your man that the instance you send your man a "Secret Signal"...
...You'll immediately find him expose his heart and mind to you in such a way he never expressed before and he'll perceive you as the only woman in the world who has ever truly understood him.
Caesars Rewards | Military, Nurses & more | JTHub
BalasHapusJoin the new Caesars Rewards, where 경상북도 출장안마 you can earn points, play games, 용인 출장샵 and earn rewards 충청북도 출장샵 points 공주 출장마사지 for 경상북도 출장마사지 playing at CaesarsCasino.com.